Jumat, 10 September 2010

Ramadhan Ditimang-Timang, Ditimbang-Timbang, Apakah Menang?

Ramadhan kali ini memberikan sesuatu yang lebih? Untuk menjawab pertanyaan ini mungkin sangat tepat kita betanya pada diri sendiri, apakah merasakan kenyamanan Ramadhan, apakah menikmati keteduhan malam-malamnya, apakah ada kesedihan sekaligus kerinduan meninggalkannya? Tetapi sebenarnya jika kita merasa Ramadhan hanya sekedar rutinitas tahunan, pertanyaan diatas itu rasanya ga penting untuk dijawab. Ini hanya sekedar mengukur-ukur posisi Ramadhan dalam satu tahun kesibukan kita.

Ingat loh, jika benar Ramadahn menguasai kita satu bulan kemarin, saat ini diawal syawal kita menjadi manusia baru, track record maksiat kita drop pada tingkat terendah, nihil! Tidakkah itu luar biasa? Kalau anda tidak merasakan keistimewaan itu, tetapi sadar anda sudah melewatkan sesuatu yang sangat berharga, maka berdoalah dengan penuh harap agar tahun depan Tuhan berikan kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadhan. Menuju kesana, berdoa jugalah agar anda dijaga lahir dan bathin oleh Tuhan.

Untuk anda yang tersenyum karena merasa sudah memberikan semua kemampuan untuk menjaring semua keberkahan Ramadadhan, sekaligus sedih kehilangan bulan yang telah menjaga diri dan jiwa anda, percaya deh, buku jurnal dosa anda kini putih bersih layaknya buku baru. Tapi ingat ini jasa Ramadhan, sadarlah ini rekayasa Tuhan yang selalu menyediakan Ramadhan bagi anda, membelenggu syetan, membuka semua gerbang syurga, menganugerahkan keberkahan langit sepanjang waktu Ramadhan, dan mengutus semua malaikan langit untuk bersatu majelis dengan anda di shaf-shaf shalat, dzikir, tilawah, atau bahkan mungkin berada disisi anda menjaga tidur anda selama Ramadhan. Dan kehendak Tuhan pula, anda disampaikan pada Ramadhan dengan sepenuh kesadaran dan semangat. Jadi semua ini hadiah Tuhan untuk kesekian kalinya. Hamdallah.

Terpaksa atau sukarela, Ramadhan sudah membuat kita memberikan waktu-waktu lapar lebih panjang, shalat berakaat-rakaat, sujud lebih berkali-kali, tilawah berjuz-juz, sedekah pada pagi dan petang, doa terpanjatkan siang dan malam, air mata-air mata yang membengkakkan mata, intinya Ramadhan telah membuat kita memberikan waktu bersama Allah lebih banyak. Sepadankah hasilnya? Jika hasilnya adalah sesosok kita yang baru, dimana puasa kini menjadi kebiasaan kita dalam mensucikan hati, akal dan jasad, shalat menjadi sedisiplin kehadiran kita pada tarawih di masjid-masjid, tilawah Qur’an menjadi biasa membuka dan menutup hari, hambar hari terlewati tanpa sedekah, dan air mata selalu ada ketika dosa terlakukan atau nikmat dianugerahkan sebagai tanda ketakutan pada Allah dan syukur, maka kesibukan Ramadhan anda sangat padan dengan hasilnya.

Ramadhan menjadi waktu pembelajaran dan pembiasaan Islam pada semua aspek kehidupan manusia. Ramadhan menjadi tempat training multidimensi untuk satu pedoman hidup, yaitu Islam. Siapapun anda, berlatar belakang dan berkepentingan apapun, Ramadhan memberikan dan membentuk anda menjadi pribadi Islam yang sama, pribadi yang memiliki irama gerak, lisan dan hati yang tidak berbeda, dimana intinya adalah irama penghambaan pada Tuhan. Prilaku politik, hukum, budaya atau bahkan ekonomi disatukan dalam lorong Ramadhan. Politikus, sepatutnya Ramadhan membuat anda semakin sadar bahwa posisi anda adalah pelayan masyarakat, maka lebih tekunlah melayani mereka. Para penegak hukum, bapak-ibu polisi, jaksa, hakim dan pemimpin Negara, anda adalah garda pelaksanaan hukum Tuhan, maka adillah. Anda akan menjadi penghuni neraka terdasar ketika amanah ini anda permainkan. Dan kepada seluruh rakyat sepatutnya Ramadhan membuat kita semakin santun dalam berbudaya, semakin bersahaja dalam berekonomi.

Kini menghadapi bulan-bulan selanjutnya, sambil menunggu Ramadhan berikutnya, jagalah diri, jagalah hati. Saya sendiri kali ini sadar tidak bisa sepenuhnya bersandar pada kemampuan sendiri untuk menjaga diri, kini saya lebih banyak lagi bersandar pada harapan agar Tuhan jaga saya, Tuhan tidak mempertemukan saya dengan kondisi dimana saya dapat menemui ujian, cobaan dan godaan yang selama ini selalu mengalahkan iman saya. Ramadhan kali ini lebih menyadarkan saya pada kelemahan saya. Oleh karenanya saya akan lebih bersandar pada belas kasihan Tuhan untuk menjaga saya.

Bagi masing-masing anda, mungkin Ramadhan menyadarkan sesuatu yang berbeda, rasa yang tidak sama, tapi saya berharap apapun itu, semuanya bermuara pada penghambaan yang lebih baik lagi kepada Tuhan kita.

Terakhir, kepada Engkau duhai Tuhan… terima kasih 

Tidak ada komentar: